Senin, 15 Agustus 2016

Ciri bonyok protektif nich bray

Apakah Kamu Tipe Orangtua yang Terlalu Protektif? Cek Di Sini Ya!

Dunia Ibu » Update  •   FimelaFamily Editor
Banyak orangtua menerapkan pola asuh yang terlalu protektif. Padahal sikap terlalu melindungi anak bisa berdampak negatif. Apa ciri orangtua yang terlalu protektif?

Orangtua pastinya ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Tetapi, kadang kala bentuk dari rasa sayang orangtua membuat anak tidak mandiri dan bahkan sulit bersosialisasi karena, kamu terlalu menjaga dan melindungi anak.  Kamu tidak ingin anak terjatuh dan mencoba hal baru karena takut mencelakai anak. Sifat terlalu protektif terhadap anak sebaiknya dihindari ya, Bu! Berikut ciri orangtua dengan pola asuh terlalu protektif kepada anak.


Selalu Resah Dengan Kebersihan
Sebuah iklan produk rumah tangga sedang giat melakukan kampanye bahwa kotor itu tidak selalu negatif. Apakah kamu setuju? Kalau kamu mengatakan tidak kamu termasuk orangtua yang terlalu protektif. Karena salah satu ciri terlalu protektif kepada anak yaitu orangtua yang selalu risau tentang kebersihan anak.
Padahal, kalau kamu memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal kotor, seperti bermain lumpur, bercocok tanam bisa merangsang anak lebih cerdas. Karena anak jadi tahu banyak hal. Jangan kuatir anak mudah sakit, sebab kekebalan tubuh anak bukan terbentuk dari perilaku kamu yang sangat ketat menjaga anak agar selalu bersih. Saran untuk kamu menjaga kesehatan anak adalah dengan menerapkan kebiasaan mencuci tangan usai bermain.



Terlalu Banyak Membantu Anak
Apakah kamu tipe orangtua yang selalu membantu anak ketika mengerjakan sesuatu? Jika iya, maka kamu termasuk orangtua yang terlalu melindungi anak. Setiap kali anak mengalami kesulitan, misal, ketika anak sulit memasangkan tali sepatu, tanpa diminta oleh anak kamu segera membantunya. Bahkan ironisnya, kamu malah menyelesaikan tugas anak.
Padahal hal tersebut tidak baik karena anak tidak belajar untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Anak menjadi manja karena berpikir kamu selalu siap membantu kapan saja. Anak tidak tumbuh menjadi karakter yang mandiri. Bahkan kebiasaan terlalu sering membantu anak, membuat anak tidak belajar tentang rasa tanggung jawab.
Saran untuk kamu, sebaiknya kamu memberikan kesempatan untuk anak berusaha melakukan. Jika anak terlihat kesulitan, kamu bisa mengarahkan untuk mencari solusi bukan dengan langsung membantu menyelesaikan tantangan yang seharusnya dilalui anak.



Kebiasaan Memuji Anak
Memuji anak memang baik, tetapi kalau kamu selalu memuji malah bisa berdampak negatif lho. Kebanyakan orangtua yang terlalu protektif kerap memuji anak dengan memasang kacamata kuda yang hanya berprinsip anak harus selalu diberikan pujian.
Terlalu memuji anak dan memberikan perhatian berlebihan akan membentuk anak yang tidak sensitif. Anak tidak belajar tentang kompetisi, karena setiap hal yang dikerjakan selalu mendapatkan pujian. Orangtua yang selalu memberikan pujian, bisa membuat anak sulit menerima kritikan. Sebaiknya, berikan pujian yang sewajarnya jangan berlebihan. Hal ini dilakukan untuk membekali anak ketika di bangku sekolah anak siap menerima kritikan dari guru atau teman bermainnya dan berusaha lebih baik lagi.



Terlalu Banyak Mengatakan Kata "Jangan"
Bu, coba cek dalam satu hari, berapa kali kamu mengatakan kata "jangan" kepada anak? Meski tujuan kamu baik dengan sering melarang anak melakukan ini dan itu tetapi kata "jangan" membuat anak tidak percaya diri. Kebebasan anak bereksperimen menjadi terbatas dan secara tidak langsung kamu sudah membatasi anak untuk mengembangkan rasa ingin tahunya.
Tips untukmu, biarkan anak mengekpslorasi kemampuannya, mulai dari berlari, memanjat, melompat tapi tentu dengan pengawasan. Ini akan lebih efektif bagi anak dibandingkan kamu selalu mengucapkan kata "jangan". Ingat balitamu mengalami tumbuh kembang dan bukan bayi yang selalu harus dilindungi dan dijaga sepanjang hari. Kamu juga bisa memberikan pengertian kepada anak, ketika merasa perlu melarang anak melakukan sesuatu yang bisa membahayakannya.








0 comments:

Posting Komentar